Thursday, January 15, 2009

ANOTATED OF EVALUATION


1. David G. Amstrong and Tom V. Savage ;
Secondary Education
Macmillan Publishing Co.,INC. : New York (1983)
Pengevaluasian adalah merupakan proses pembuatan suatu keputusan atau penilaian. Bagi guru, berarti suatu keanekaragaman pengukuran seharusnya terjadi sebelum pembuatan keputusan pengevaluasian. Jika keputusan berclasarkan pada, satu atau dua pengukuran, boleh jadi tidak terefleksikannya secara akurat kemampuan siswa yang diperoleh.
Pengukuran adalah merupakan proses pengumpulan informasi yang berhubungan dengan keberadaan dan ketidakadaan suatu perilaku atau kontribusi siswa. Suatu tes yang memerlukan siswa untuk menterjemahkan bahasa Prancis kedalam bahasa Inggris, bukan merupakan pengukuran yang valid terhadap kemampuan mendengarkan siswa dalam percakapan bahasa Prancis yang cepat dan dapat membuat terjemahan bahasa Inggris lisan secara simultan. Penguasaan teknik untuk pengumpulan informasi yang mampu memberikan informasi yang terkalt jelas dengan perilaku atau atribut minat.
Tingkatan mutu/nilai adalah suatu bentuk tulisan tangan sebagai alat untuk mengkomunikasikan evaluasi guru terhadap kelompok interes tertentu. Sistem yang sangat umum dipakal yaltu nilal huruf, seperti nilai A,B,C,D, dan F.
Dua bagan umum yang digunakan untuk menentukan bagaimana nilal-nilai seharusnya diberikan, yaitu, Pertama. Sistem referensi norma, suatu nilai siswa ditentukan oleh seberapa balk dia melakukan tugas yang terkalt dengan siswa-siswa lainnya di kelas. Contoh; penilaian dengan kurva. Kedua. Sistem referensl kriteria, siswa dinilai menurut bagaimana pengukuran skor mereka terhadap standar atau kritenia yang digunakan. Contoh; suatu kriterla apablia 90 % benar maka layak untuk mendapat nilal A, dan apabila 80% benar maka mendapat nilal B, dan seterusnya.
Ada 3 prinsip-prinsip umum dalam merencanakan suatu program pengukuran dan evaluasi, yaitu;
1.Apa yang kita ukur seharusnya terkait jelas dengan apa yang kita usahakan dalam pengajaran (hasil belajar yang diharapkan). untuk menghindari pengembangan prosedur tes yang tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan. Kita perlu merencanakan program pengukuran kita dan pada saat yang sama juga, kita mengidentifikasikan hasil pembelajaran. yang kita harapkan selama phase program pengajaran kita berlangsung.
2.Pengukuran seharusnya dilakukan pada waktu jeda yang sering, agar faktor-faktor kesempatan acak tidak membuat kita melakukan penilaian terhadap, siswa tidak dapat merefleksikan kemampuannya yang nyata secara akurat. Melakukan pengetesan yang sering akan mernberikan hasil-hasil yang dapat membantu. kita dalam mengidentifikasi masalahmasalah yang siswa-Siswa mungkin hadapi. Bukti-bukti ini dapat dijadikan masukan terhadap kebutuhan yang mungkin untuk dikaji ulang materi-materi yang telah digunakan atau meningkatkan terhadap apa-apa yang kita telah lakukan.
3.Guru harus memiliki pemahaman yang jelas tentang output pembelajaran yang diharapkan. Kita harus memainkan peran yang aktif dalam memilih alat pengulcuran untuk digunakan dalam pengumpulan informasi. tentang tingkat- tingkat performansi individu-individu di kelas kita. Kita memiliki otoritas untuk melakukannya. Kita seharusnya berusaha untuk menggunakan unit-unit tes yang dikembangkan oleh orang lain, setelah kita yakin akan diri kita bahwa mereka mampu mengukur macam-macam pembelajaran yang kita inginkan.
Sangat penting untuk mengusahakan suatu keterkaitan antara harapan-harapan pembelajaran yang ditetapkan dengan ragam pembelajaran yang kita nilai dalam program pengukuran dan pengevaluasian. Untuk itu, kita harus menyiapkan tes-tes formal, seperti; menjodohkan, pilihan ganda, betul/salah, melengkapi, essay, skala n1lai, cheklis, dengan memperhatikan tingicat berfikir kognisi siswa yang dituntut. Teknik penetesan individu terhadap pengulcuran berfikir siswa pada tahap-tahap daya berfircir yang diterima, seperti; Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisa, Sintetis, dan Evaluasi. Serta prosedur yang kita gunakan, harus mempertimbangkan ketersedian waktudalam pengembangan tes-tes dan waktu pengoreksian.
Bentuk Skala Nilai, adalah merupakan alat pengukuran yang dapat digunakan untuk pengumpulan informasi tentang kemampuan siswa, seperti penguasaan penggunaan alat-alat laboratorium, pengiriman pesan-pesan, melengkapi proyek seni, dan menyalakan panel-panel. Skala nilai memiliki bagian-bagian petunjuk nilai, seperti 5 faham/mengerti dengan sempurna; 4 = diatas rata-rata, 3 = rata-rata, 2 = dibawah rata-rata, 1 = gagal. Serta skala nilai bisa dikembangkan, seperti; 5 = selalu, 4 = sering, 3 = biasa, 2 =jarang, 1 = tidak memahami.
Skala nilat berguna untuk membuat penilaian tentang macam-macam macam performansi fisik siswa dan keterampilan-keterampilan yang tidak dapat dinilai secara umum melalui pengukuran tes pena dan kertas. Ada beberapa bentuk tes yang kita kenal; bentuk cheklis, bentuk essai, bentuk melengkapi, bentuk menjodohkan, bentuk pilihan ganda, bentuk betul/salah.
Salah satu penggunaan hasil tes yang tidak teruji cobakan, yaltu guru-guru kadang gagal untuk menentukan kelebihan dan kekurangan pengajaran tersebut yang mendahulul tes. Tes yang kita buat harus terikat pada satu atau lebih dari tujuan pengajaran kita. Jika tes yang kita berikan mendapatkan hasil tes yang, jelek atau mengecewakan, maka kita harus mengindetifikasikan beberapa penyebab kegagalan potenslalnya, dengan mempertimbangkan kembali tentang pengambilan apakah prosedur diagnostik cukup untuk mengindentifikasikan gap atau hambatan yang mungkin dalam memahami informasi yang dibutubkan siswa, juga pemilihan strategi pengajaran, juga.Pemilihan bahan untuk digunakan dalam situasi yang pas, serta kecukupan sampel perilaku siswa yang akan kita uji. Apabila hal ini dilakukan, berarti program dilakukan secara sistematik.
Apabila bentuk poin-point tes tersebut teridentifikasi secara jelas terhadap tujuan-tujuan pengajaran secara individu, maka hal tersebut dapat memudahkan kita dalam memperlihadm hasil tes dan dapat membuat beberapa kesimpulan umum tentang poin-poin mana dari bagian tersebut dimana siswa-siswa kita dapat mempelajari relative baik dan bagian mana yang mereka mepelajari kurang baik.
Dalam melakukan penilaian terhadap siswa perlu memperhatikan skor tes dan bukti-bukti lainnya. Penilaian ini di konversikan kedalam nilai-nilai huruf dari nilai A untuk pekerjaan yang sangat dipahami sampal F untuk pekerjaan yang gagal. Dalam melakukan penilaian, kita perlu mempertim,bangkan dua konsep dasar; seperti; ke-fair-an dan kekhususan berkomunikasi.

2. Nana Syaodih Sukmadinata, Prof. Dr. H. ;
Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek)
PT. Remaja Rosdakarya : Bandung (2001)
Kurikulum merupakan daerah studi intelek yang cukup luas. Banyak teori tentang kurikulum. Beberapa teori menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar filosofis, dan pada konsep-konsep yang diambil dari ilmu perilaku manusia. Ini menunjukkan betapa luasnya teori tentang kurikulum.
Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum.
Penekanan kepada isi kurikulum. Strategi pengembangan yang nienekankan isi, merupa-kan yang paling lama dan banyak dipakai, tetapi juga terus mendapat penyempumaan atau pembaharuan. Sebab-sebab yang mendorong pembaharuan ini bermacam-macam. Pertama, karena didorong oleh tuntutan untuk menguatkan kembali nilai-nilai moral dan budaya dari masyarakat. Kedua, karena perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan. Ketiga, karena adanya tuntutan bahwa kurikulum harus lebih berorientasi pada pekerjaan. Faktor-faktor tersebut tidak timbul dari atau tidak ada hubungannya dengan sistem institusi persekolahan, tetapi sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum. Pengaruhnya terhadap pengembangan kurikulum umpamanya, penguatan kembali nilai-nilai moral dan budaya akan meminta perhatian yang lebih besar pada kumpulan ilmu pengetahuan masa lalu, orientasi kepada pekerjaan akan lebih banyak melihat ke masa depan, sedangkan titik tolak pada pandangan filosofis akan lebih menekankan pada disiplin-disiplin keilmuan. Apapun titik tolaknya, penekanan pada isi kurikulum akan membawa beberapa akibat. Pengetahuan sebagai isi kurikulum mempunyai nilai intrinsik, sesuatu yang akan diwariskan, sesuatu yang baru atau diperbaharui. Pengembangan kurikulum yang menekankan isi bersifat material centered. Kurikulum ini memandang murid sebagai penerima resep yang pasif. Secara teoretis kurikulum yang menekankan isi dapat diukur, mempunyai tujuan yang apabila telah ditransfer pada anak dapat dikuasai oleh anak. Ini merupakan engineering approach. Anak dianggap bahan kasar yang tidak berdaya, bersama dengan teman-temannya yang lain dicetak melalui blue print masyarakat. Salah satu atribut organisasi kurikulum yang didasarkan pada pengetahuan (knowledge based curriculum), memungkinkan pengembangan dalam jumlah besar. Melalui proses diseminasi mereka dapat menggunakan teknik produksi massa untuk mendapatkan pendidikan massal.
Penekanan pada situasi pendidikan. Tipe kurikulum ini lebih menekankan pada masalah di mana (where), bersifat khusus, sangat memperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungannya. Tipe ini akan menghasilkan kurikulum berdasarkan situasi-situasi lingkungan, seperti kurikulum pedesaan, kurikulum kelompok masyarakat nelayan, kurikulum daerah pesisir, pegunungan dan sebagainya. Tujuannya adalah menghasilkan kurikulum yang benar-benar merefleksikan dunia kehidupan dari lingkungan anak. Kurikulum yang menekankan situasi pendidikan akan sangat beraneka, dibandingkan dengan kurikulum yang menekankan isi. Kurikulum ini bertujuan mencari kesesuaian antara kurikulum dengan situasi di mana pendidikan berlangsung.
Sifat lain tipe ini adalah kurang atau tidak menekankan pada spesifikasi isi dan organisasi, lebih menunjukkan fleksibilitas dan interpretasi dan pelaksanaannya. Pengetahuan dianggap bersifat relatif terhadap situasi-situasi yang khusus sesuai dengan kondisi setempat Kurikulum ini ruang lingkupnya sempit, masa pengembangannya relatif lebih singkat daripada desiminasinya. Kalau kurikulum yang menekankan pada isi merupakan engineering approach maka kurikulum yang menekankan situasi lebih mendekati gardening approach. Kurikulum disusun sesuai dengan keadaan tanah, alam setempat, perhatian ditumpahkan pada mempersiapkan kebun atau sawah.
Secara teoretis, mengevaluasi kurikulum yang menekankan pada situasi sangat sulit. Perencanaan dan pelaksanaan pengajaran sangat beraneka, peranan guru dalam mengembangkan dan menerapkan kreasinya sangat besar, sehingga cukup sulit merancang alat penilaian dapat mencakup skala yang agak luas. Kesulitan lain adalah juga dalam menentukan standar kriteria. .
Penekanan pada organisasi. Tipe kurikulum ini sangat menekankan pada proses belajar-mengajar. Meskipun dengan berbagai perbedaan dan disini ada pertentangan, umpamanya antara konsep sistem instruktsional (pengajaran berprogram, pengajaran modul, pengajaran dengan bantuan komputer) dengan konsep pengajaran (perkembangan) dari Bruner Jean Piaget, keduanya sangat mempengaruhi perkembangan kurikulum tipe ini.

3. Oemar Hamalik, Prof. Dr. ;
Proses Belajar Mengajar
Bumi Aksara : Jakarta (2001)
Evaluasi pengajaran merupakan suatu komponen dalam sistem pengajaran, sedangkan sistem pengajaran itu sendiri merupakan implementasl kurikulum, sebagai upaya untuk menciptakan belajar di kelas. Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil urutan pengajaran . Hasil-hasil dicapai langsung bertalian dengan penguasaan tujuan-tujuan yang menjadi target. Selain dari itu, evaluasi juga berfungsi menilai unsur-unsur yang relevan pada urutan perencanaan dan pelaksanaan pengajaran. Itu sebabnya, evaluasi menempati kedudukan penting dalam rancangan kurikulum dan rancangan pengajaran.
Ada tiga istilah yang saling berkaitan, yakni: evaluasi, pengukuran (measurement), dan assessment. Ketiga pengertian tersebut digunakan dalam rangka penilaian. Proses evaluasi umumnya berpusat pada siswa. Ini berarti evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran khusus, materi kurikulum, dan prinsip-prinsip belajar untuk diterapkan pada pengajaran.
Fokusnya adalah bagaimana dan mengapa siswa bertindak dalam pengajaran serta apa yang mereka lakukan lakukan evaluasi untuk memperbaiki pengajaran dan penguasaan tujuan tertentu dalam kelas.
1. Assessment. Assessment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional. Rumusan 1ni menunjukkan, bahwa hasil assessment terhadap siswa dapat digunakan sebagai bukti yang patut dipertimbangkan dalarn rangka evaluasi pengajaran. Jadi, assessment bukan hanya menilai siswa melainkan sangat fungsional untuk menilai sistem pengajaran itu sendiri.
2. Pengukuran (Measurement). Pengukuran berkenaan dengan pengumpulan data deskriptif tentang produk siswa dan/atau tingkah laku siswa, dan hubungannya dengan standar prestasi atau norma. Evaluasi menunjuk pada teknik-teknik pengukuran, baik dalam rangka assessment Siswa maupun terhadap proses instruksional menyeluruh, yang meliputi urutan istruksional (perencanaan, penyampaian, tindak lanjut) dan perubahan tingkah laku siswa yang dapat diamati (kognitif, psiko , motorik, dan afekif). Aplikasi teknik-teknik pengukuran difokuskan pada dua jenis, yakni pengukuran acuan norma dan pengukuran acuan kriteria.
3. Fungsi Evaluasi. Evaluasi (penilaian) merupakan baglan penting dalam suatu sistem instruksional. Karena itu, penilaian mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi pokok sebagai berikut; 1)Fungsi edukatif: Evaluasi adalah suatu subsistem dalam sistem pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem dan/atau salah satu subsistem pendidikan. Bahkan dengan evaluasi dapat diungkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam proses pendidikan; 2)Fungsi institusional: Evaluasi berfungsi mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output pembelajaran disamping proses pembelajaran itu sendiri. Dengan evaluasi dapat diketahui sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam proses beliar setelah mengalami proses pembelajaran; 3)Fungsi diagnostik: Dengan evaluasi dapat diketahui kesulian masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh siswa dalam proses/kegiatan belajarnya. Dengan informasi tersebut maka dapat dirancang dan diupayakan untuk menanggulangi dan/atau membantu yang bersangkutan mengatasi kesulitannya dan/atau memecahkan masalahnya; 4)Fungsi administratif: Evaluasi menyediakan data tentang, kemajuan belajar siswa, yang pada gilirannya berguna untuk memberikan sertifikasi (tanda kelulusan) dan untuk melanjutkan studi lebih lanjut dan/atau untuk kenaikan kelas.Jadi,hasilevaluasi meniliki fungsi administratif. Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan guru-guru dalam proses belajar mengajar (PBM), hal ini berdaya guna untuk kepentingan supervisi; 5)Fungsi kurikuler: Evaluas, berfungsi menyediakan data dan informasi yang akurat dan berdaya guna bagi pengembangan kurikulum (perencanaan, uji coba di lapangan, implementasi, dan revisi); 6)Fungsi manajemen. Komponen evaluasi merupakan bagian integral dalam sistem manajemen, hasil evaluasi berdaya guna sebagai bahan bagi pimpinan untuk membuat keputusan manajemen pada semua jenjang manajemen.
Ada dua pola pendekatan evaluasi yang saling bertentanga Pendekatan pertama disebut agricultural/botanical approach yang merupakan refleksi pendekatan ilmiah (scientic) terhadap evaluasi sedangkan yang lainnya adalah social/anthropological approach yang lebih berkenaan dengan proses-proses tersembunyi yang terjadi sepanjang pengalaman pendidikan. Pendekatan ini kemudian dikenl sebagai illuminative evaluation.

4. Farida Yusuf Tayibnafis, Dr. M.Pd. ;
Evaluasi Program
PT. Rieneka Cipta : Jakarta (2000)
Evaluasi adalah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa objek (joint committee, 1981). Evaluator tidak dapat bertindak sebagai wasit terhadap orang lain. Ia tidak bisa menghakimi atau nonjudgemental definition of evaluation.
Ada evaluasi yang dilakukan terhadap epaluasi yang sedang berlangsung terhadap program, evaluasi tersebut disebut evaluasi meta. Evaluasi meta dilakukan berdasarkan pengetahuan bahwa evaluasi merupakan pelajaran pengalaman bagi mereka yang terlibat,.sehingga evaluasi dapat dikembangkan selagi dalam proses, dan evaluasi berikutnya dapat lebih berhasil. Evaluasi meta dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Evaluasi meta ekstemal yaitu evaluasi yang dilakukan konsultan dari luar program, dapat dipakai untuk melihat kebenaran dan menilai desain evaluasi, melihat keprogresan program, serta untuk lebih meyakinkan dan lebih dapat dipercaya. Laporan evaluasi intemal, misalnya apabila disertai dengan laporan evaluasi meta ekstemal akan menjadi lebih terpercaya. Memakai evaluator meta ekstemal juga dapat memberikan dasar yang kuat untuk merevisi desain evaluasi dan merevisi pekerjaan yang sedang dilakukan atau melaporkan evaluasi. Apabila evaluasi sudah selesai, evaluasi ini dapat menolong. Anda menentukan.sejauh mana kebenaran hasil evaluasi tersebut.
Prosedur meta evaluasi internal tidak terlalu formal, dapat dipakai untuk merevisi suatu evaluasi dan juga dapat menolong Anda untuk terus dapat mengikuti kegiatan proses evaluasi (keep track). Usaha evaluasi meta juga dapat membuat Anda terus terlibat dan bertanggung jawab, dan akan menambah kepercayaan atas evaluasi. Evaluasi meta dilakukan apabila Anda ingin mengamati dan meneliti desain dan fungsi evaluasi Anda.
Evaluasi meta dapat dilakukan kapan saja, mulai dari ketika evaluasi dalam tahap perencanaan, ketika evaluasi dalam proses, dan bahkan pada saat evaluasi sudah selesai dilakukan.
Tuntutan untuk seorang evaluator tinggi, tetapi tuntutan terhadap seorang evaluator meta lebih tinggi lagi. Seorang evaluator bukan saja harus kompeten dalam melakukan evaluasi yang pokok, ia juga harus dapat mengetahui bahwa evaluasi itu jelek atau baik dan meyakinkan kepada orang lain akan hasil evaluasinya.
Brinkerhoff & Cs (1983) mengatakan bahwa evaluator meta ekstemal biasanya lebih banyak dipilih daripada yang intemal, karena orang luar mungkin dianggap lebih objektif dan lebih terpercaya. Hal ini penting apabila Anda memikirkan reaksi orang-orang luar atas evaluasi Anda. Apabila evaluasi meta hanya untuk orang-orang dalam, maka evaluasi ekstemal (dari kantor lain, orang dari bagian lain yang tak ada hubungan langsung dengan proyek yang digarap, tetapi tetap dari departemen atau organisasi yang sama) dapat juga merupakan kesempatan yang baik untuk memperoleh pandangan yang segar.
Membentuk tim evaluasi juga akan lebih baik lagi, karena mungkin agak sulit memperoleh waktu dan keahlian hanya dari satu orang saja. Tentu saja para evaluator akan bertambah ahli sehubungan dengan semua kontent dan bidang evaluasi, dan semakin kecil lingkup yang dievaluasi, sehinga bertambah sedikit evaluator meta yang diperlukan untuk evaluasi meta.
Menurut Worthen, Blain R & James R. Sanders (1987), orang-orang yang patut melakukan evaluasi meta yaitu:
1. Evaluasi meta dilakukan oleh evaluator sendiri (original evaluator).
Evaluator memang tidak dapat dikatakan bebas terhadap personel bias, dan sebaiknya atau disarankan untuk meminta evaluator lain melihat pekerjaan Anda, walaupun hanya kritik dari teman sejawat. Di samping itu, akan lebih baik juga bagi evaluator untuk mengukur pekerjaannya dengan kriteria dari evaluasi meta, daripada tanpa dievaluasi sama sekali.
2. Evaluasi meta dilakukan oleh pemakai evaluasi.
Sering dijumpai sponsor, klien, atau pemegang saham lainnya menilai hasil evaluasi tanpa bantuan seorang ahli evaluasi yang profesional. Keberhasilan dalam hal ini tergantung atas kemampuan teknik orang-orang tersebut menilai
sampai sejauh mana hasil evaluasi mencapai standar yang telah dirumuskan sebelumnya (seperti pengukuran yang valid, pengukuran analisis informasi kuantitatif).
3. Evaluasi meta dilakukan oleh evaluator ahli.
Tampaknya inilah yang terbaik. Satu hal penting harus dipilih, yaitu sebaiknya evaluasi meta dilakukan oleh evaluator ekstemal.
Kalau evaluasi akan dipakai untuk memperbaiki atau untuk memutuskan kelanjutan suatu program, maka evaluasi harus baik dan dapat diandalkan. Agar dapat mengetahui apakah evaluasi baik atau buruk, Anda memerlukan sejumlah kriteria atau standar sebagai dasar pertimbangan. Ada beberapa kriteria dan standar yang telah ada untuk menilai evaluasi, yaitu Standard for Evaluations of Educational Programs, and Materials yang dibuat oleh The foint Commettee on Standard for Educational Evaluation. Standar ini digolongkan menjadi tiga puluh standar atas empat domain evaluasi yaitu utility (evaluasi harus berguna dan praktis), feasibility (evaluasi harus realistik dan bijaksana), propriety (evaluasi harus dilakukan dengan legal dan etik), dan accuracy (evaluasi harus secara teknik adekuat).

5. S. Nasution, Prof. Dr. H. MA. ;
Pengembangan Kurikulum
PT. Citra Aditya Bakti : Bandung (1991)
Sudah selayaknya pengembangan dan Perubahan apalagi perombakan kurikulum ditangani dengan hati-hati.
Kurikulum tak kurang pentingnya bagi anak-didik sendiri karena menyangkut nasib dirinya sendiri, masa depannya, cita-citanya menjadi manusia berdikari dan hidup, terhormat sebagai manusia dan warganegara.
Karena kurikulum itu sangat pentingnya dan mengenai hidup jutaan manusia kini dan di masa mendatang maka perlulah diadakan usaha yang kontinu untuk memperbaikinya. Untuk itu perlu diadakan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks karena banyaknya aspek yang harus dievaluasi, banyaknya orang yang terlibat dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Itu sebabnya evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahh yang mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu.
Evaluasi kurikulum juga erat hubungannya, dengan definisi Yang diberikan kepada kurikulum, apakah berupa bahan pelajaran menurut disiplin i1mu ataukah dalam arti yang luas meliputi pengalaman anak di dalam maupun di luar kelas.
Model evaluasi paling terkenal ialah yang diberikan oleh Tyler (1950) yang berorientasi pada hasil belajar. Ia mengartikan evaluasi sebagai usaha untuk meneliti apakah tujuan pendidikan tercapai melalui pengalaman belajar.

Tujuan

Pengalaman Pemeriksaan
belajar hasil belajar

Dianggap bahwa model Tyler ini mengutamakan hasil (produk) belajar dan kurang memperhatikan proses dan kondisikondisi belajar yang mempengaruhi hasil belajar itu.
Scriven memberikan sumbangan besar kepada evaluasi kurikulum dengan mengemukakan betapa pentingnya evaluasi itu diadakan, apakah sepanjang program itu berjalan (yaitu evaluasi formatif ) ataukah pada akhirnya (yaitu evaluasi sumatit). Evaluasi formatif memberikan sumbangan yang sangat berhargAuntuk mengadakan perubahan atau perbaikan. Evaluasi formatif perlu sering diadakan sehingga kelemahan-kelemahan kecil pun dalam setiap tahap dapat segera diketahui. Dengan demikian dapat pula diketahui efektivitas proses belajar.
Evaluasi sumatif hanya dilakukan pada akhir program dan karena itu tidak memberikan petunjuk-petunjuk Yang cermat untuk perbaikan. Evaluasi ini digunakan untuk menentukan apakah program itu dapat digunakan atau tidak.
Aspek-aspek Yang harus dievaluasi, menurut Arich Lewy (1977) sesuai dengan tahap-tahap dalam Pengembangan kurikulum. Evaluasi ini menjadi sangat komprehensif dan melibatkan berbagai penelitian. Aspek-aspek itu adalah : penentuan tujuan; perencanaan; ujicoba dan revisi; uji lapangan; pelaksanaan kurikulum; dan pengawasan mutu.

6. Peter F. Oliva;
Developing the Curriculum
Harper Collins Publisher : New York (1992)
Evaluasi pendidikan digunakan untuk mencakup segala jenis evaluasi yang ada dibawah pengawasan sekolah. Evaluasi ini meliputi evaluasi kurikulum dan pengajaran serta evaluasi landasan, bangunan, administrasi,pengawasan, personel, transportasi, dst.
Evaluasi pengajaran adalah menilai, 1) prestasi siswa, 2) penampilan istruktur, dan 3) keefektifan pendekatan methodologi.
Evaluasi kurikulum meliputi evaluasi pengajaran, evaluasi ini juga dilakukan diluar tujuan evaluasi pengajaran ke dalam penilaian program-program yang berhubungan dengan bidang-bidang. Bidang-bidang tersebut adalah “The Five P” yaitu; provision, procedures, product, process. Sedangkan makna evaluasi itu sendiri adalah alat untuk menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk memberikan dasar-dasar efek-efek yang berkembang.
Evaluasi yang terlalu berhati-hati dapat menyusahkan, evaluasi ini akan terlihat memprihatinkan bila terlihat gejala-gejala; gejala menghindar, gejala kegelisahan, gejala kelumpuhan, gejala ketidak percayaan, gejala kurang pedoman-pedoman, gejala salah saran, dan gejala tidak adanya perbedaan yang signifikan.
Ada 4 tipe evaluasi; 1) Konteks (evaluasi context). Ditunjukan untuk memberikan rasional untuk menentukan objektives. Perantara kurikulum evaluasi mendefinisikan lingkungan kurikulum dan menentukan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan alasan mengapa kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, 2) Pemasukan (input evaluasi). Bertujuan untuk memberikan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh objectives. Perencana dan evaluator memutuskan prosedur-prosedur yang akan digunakan, 3) Proses Evaluasi (Process of Evaluation).Bagian dari feedback periodik dimana kurikulum diterapkan. Evaluasi proses ini mempunyai tiga tujuan; 1. untuk memprediksi akibat-akibat dalam prosedur yang dibuat atau penerapannya selama tahapan penerapan, 2. memberikan informasi untuk keputusan-keputusan program dan, 3. mempertahankan laporan prosedur, 4) Produk (Product of Evaluation). Bertujuan untuk mengukur dan menginterpretasikan hasil-hasil yang dicapai tidak hanya diukur akhir proses bidang studi, tetapi selama bidang studi berlangsung.
Ada 4 standar evaluasi yang ada, yakni; kegunaan (utility), kejelasan (teasbility), kesesuaian (propiety), dan keakuratan (accuracy).

7. Ralph W. Tyler ;
Basic Principles of Curriculum and Instruction
University of Chicago Press : Chicago (1949)
Evaluasi diperlukan untuk mengadakan perbaikan dalam kufikulum. Evaluasi bergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari di mana letak kekurangannya melalui evaluasi. Penilaian kurikulum harus berjalan terus. Tak ada kurikulum nasional yang sesuai bagi semua daerah, dan karena itu perlu disesuaikan dengan keadaan setempat.
Pengalaman atau kegiatan belajar adalah usaha yang dijalankan, agar tujuan yang ditentukan dicapai dengan menggunakan pengetahuan yang sangat kompleks, yang dipengaruhi oleh berbagaibagai faktor seperti metode mengajar, kesulitan isi pelajaran, taraf kematangan, kesanggupan dan perkembangan anak, hubungan antara guru dan murid, penggunaan berbagai sumber dan alat pelajaran di dalam maupun di luar sekolah, perbedaan individual, dan sebagainya. Proses belajar tak kurang pentingnya daripada hasil belajar. Proses belajar yang baik memungkinkan tercapainya hasil belajar lebih tinggi.
Gambaran Proses Evaluasi
Mengumpulkan informasi
sebagai umpan balik
untuk memperbaiki kurikulum

Test interview observasi rating scale dsb

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulurn dapat digunakan oleh para pernegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum. dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Evaluasi kurikulurn sukar dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa faktor:
1. Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
2. Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum. yang digunakan.
3. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah.
Evaluasi dan kurikulum. merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri. Ada pihak yang berpendapat antara keduanya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak lain yang menyatakan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Pihak yang memandang ada hubungan, hubungan tersebut merupakan hubungan sebab-akibat. Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya berlangsung secara evolusioner. Pandanganpandangan lama yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, secara berangsur-angsur diganti dengan pandangan baru yang lebih sesuai.

8. Wayan Nurkancana, Drs. Dan P. P. N. Sumartana, Drs. ;
Evaluasi Pendidikan
Usaha Nasional : Surabaya (1986)
Istilah evaluasi berasal dari bahasd Inggris yaitu "Evaluation". Dalam buku Essentials of Educational Evaluation karangan Edwind Wand dan Gerald W. Brown dikatakan bahwa : Evaluation refer to the act or prosess to determining the value of somediing (Wand and Brown, 19, hal 1 ). Jadi menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia atau ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Perlu dijelaskan di sini bahwa evaluasi tidak sama artinya dengan pengukuran (measurement). Mengenai pengertian pengukuran (measurement) Wand dan Brown mengatakan bahwa : "Measurement means the act or prosess of axestaining the extent or quantity of something" (Wand and Brown, 19, hal 1). Jadi menurut Wand dan Brown pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas daripada sesuatu.
Dari definisi evaluasi ( penilaian dan definisi pengukuran ( measurement ) yang telah disebutkan di atas, maka dapatlah diketahui dengan jelas perbedaan antara penilaian dan pengukuran. Pengukuran akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan "how much" , sedangkan penilaian akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan "What value".
Walaupun ada perbedaan antara pengukuran dan penilaian, namun kedua hal.tersebut tidak dapat dipisahkan karena antara. pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang sangat,erat. Sebab untuk dapat mengadakan penilaian yang tepat terhadap sesuatu terlebih dahulu harus didasarkan atas pengukuran-pengukuran. Misalnya untuk menilai apakah seorang anak dapat membaca dengan lancar atau tidak maka perlu kita,mengukur berapa jumlah kata-kata. yang dapat dibacanya dalam tempo satu menit, berapa kesalahan-kesalahan yang dibuatnya dan sebagainya.
Sebaliknya pengukuran-pengukur'an yang dilakukan tidak akan memberi arti apa-apa kalau tidak kita hubungkan dengan penilaian. Misalnya apabila, berdasarkan suatu pengukuran kita ketahui bahwa seorang anak dapat membaca dengan kecepatan 50, kata dalarn satu menit. Apakah dapat kita katakan bahwa anak itu cukup lancar membaca atau tidak ! Tentu saja kita belum bisa mengatakan apakah anak itu anak yang dapat membaca dengan lancar atau tidak tanpa kita ketahui kriteria penilaiannya. Kalau kecapatan membaca anak-anak yang sekelas dengan anak tadi pada umumnya adalah 40 kata tiap menit, maka anak tadi dapat kita katakan anak yang lancar dalam membaca. Tetapi kalau kecepatan membaca anak anak yang sekelas dengan anak tadi pada umumnya adalah 60 kata tiap menit, maka anak tadi adalah anak yang lambat. Oleh karena antara pengukuran dan penilaian itu sangat erat hubungannya, maka kedua istilah tersebut biasanya dirangkaika.n sehingga, menjadi pengukuran dan penilaian.
Dalam evaluasi terhadap hasil belajar suatu pedoman yang tepat dipergunakan untuk menetapkan frekuensi evaluasi ialah susunan daripada bahan pelajaran. Kalau suatu bahan pelajaran terdiri dari empat unit misalnya, maka evaluasi terhadap bahan pelajaran tersebut paling seclikit harus dilaksanakan setiap akhir daripada suatu unit.
Penggunaan hasil-hasil evaluasi adalah merupakan pokok dari seluruh prosedure evaluasi. Bagaimana mempergunakan hasil-hasil evaluasi yang telah diperoleh tergantung kepada tujuan evaluasi yang dilaksanakan.
Seorang kenseler pendidikan akan mempergunakan hasil-hasil evaluasi yang diperolehnya untuk menentukan bimbingan yang bagaimanakah yang akan diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak. Sebuah panitia seleksi akan mempergunakan hasil-hasil evaluasi yang dilaksanakan untuk menentukan mana calon-calon yang akan diterima.
Kalau tujuan evaluasi adalah untuk memberi laporan kepada orang tua murid tentang kemajuan yang dicapai oleh anaknya di sekolah maka pada akhir tindakan evaluasi, evaluator harus mempersiapkan suatu bentuk laporan kepada orang tua murid. Kalau tujuan evaluasi untuk mengetahui taraf efisiensi methode-methode pendidikan yang telah kita pergunakan, maka pada akhir tindakan evaluasi kita harus menentukan sikap apakah methode yang telah kita pergunakan dalam periode yang lalu perlu diganti atau dipertahankan. Pendeknya sesuatu harus kita lakukan setelah suatu evaluasi selesai kita laksanakan.

9. D. L. Stufflebeam ;
Evaluation and Enlightment for Decision Making
Ohio State University Press : Ohio (1963)
Biasanya evaluasi pendidikan selalu dihubungkan dengan hasil belajar, namun saat ini konsep evaluasi mempunyai arti yang lebih luas daripada itu. Setiap orang tampaknya mempunyai maksud yang berbeda apabila sampai kepada kata evaluasi. Untuk mengetahui lebih jauh apa yang dimaksud seseorang dengan evaluasi, kita harus mengetahui beberapa hal. Ada sepuluh pertanyaan yang harus dijawab untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi.
Evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Ada dua jenis evaluasi; 1) evaluasi formatif, dan 2) evaluasi sumatif.
Proactive evaluation untuk melayani pemegang keputusan, dan Retroactive evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, clan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggung jawaban, keterangan, seleksi atau. lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu. program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menarnbah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.
Setelah memilih objek yano, akan dievaluasi, maka harus ditentukan aspek-aspek apa saja dari objek tersebut yang akan dievaluasi. Akhir-akhir ini, usaha evaluasi ditujukan untuk memperluaskan atau. memperbanyak variabel evaluasi dalam bermacam-macam model evaluasi. Model CIPP mengemukakan evaluasi yang berfokus pada empat aspek yaitu: 1)Konteks, 2) input, 3) Proses implementasi, dan 4) Produk.
Karena pendekatan ini maka evaluasi lengkap terhadap evaluasi pendidikan akan menilai misalnya a) manfaat hijuannya, b) mutu. rencana, c) sampai sejauh mana tujuan klijalankan, clan d) mutu. hasilnya. jadi evaluasi hendaknya herfokus pada tujuan dan kebutuhan, desain training, implementasi, transaksi, dan hasil training.
Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, ada bermacam-macam cara. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi evaluasi yaitu:
1) Mernfokuskan evaluasi.
2) Mendesain evaluasi.
3) Mengumpulkan informasi.
4) Menganalisis informasi
5) Melaporkan hasil evaluasi.
6) Mengelola evaluasi.
7) Mengevaluasi evaluasi.
Kiranya pendekatan eclectic (memilih berbagai metode dari beberapa pilihan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan) merupakan cara yang terbaik. Yang dipilih hendaknya sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Ada beberapa variasi metode dalam evaluasi, di samping desain eksperimen dan kuasi eksperimen yang tradisional, dengan metode Naturalistic, Jury trials dengan analisis sistem, dan banyak lainnya merupakan metode yang sudah lazim dipakai dalarn evaluasi program.

10. Nourman E. Gronlund ;
Measurement and Evaluation in Teaching
Macmillan Publishing Co., Inc. : London (1965)
Yang dimaksud dengan "program evaluasi" ialah suatu program yang berisi ketentuan dan cara-cara tentang penyelenggaraan atau pelaksanaan evaluasi pendidikan di suatu sekolah dan merupakan pegangan atau pedoman bagi guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Setiap kegiatan evaluasi yang dilakukan di sekolah mempunyai tiga fungsi pokok yang penting, yaitu;
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan anak didik setelah mengalami/melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan suatu metode sistem pengajaran yang dipergunakan.
3. Dengan mengetahui kekurangan serta keburukan yang diperoleh dari hasil evaluasi itu, selanjutnya kita dapat berusaha untuk mencari perbaikan.
Disamping untuk perbaikan proses belajar-mengajar (sebagai feedback bagi guru dan siswa), hasil evaluasi digunakan pula untuk menilai (memberikan angka) sarnpai di mana pencapaian siswa terhadap tujuan pengajaran yang telah diajarkan, dan melaporkan kemajuan siswa tersebut kepada orang tua siswa. Selain itu juga , untuk berbagai keperluan administratif serta untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. Jika kita rangkurn bagaimana hubungan evaluasi, dalarn proses pengajaran pada umumnya, dapat dilihat pada, gambar berikut (N.E. Gronlund, 1976; 9).
Prosedur evaluasi membantu guru dalarn beberapa hal:
1) menolong dalarn memberikan pengetahuan tentang entry behavior siswa;
2) menolong dalam menetapkan, memperbaiki, dan memper jelas tujuan-tujuan yang realistis bagi tiap siswa.
3). menolong dalarn mengevaluasi tingkat pencapaian tujuantujuan yang telah ditetapkan;
4) menolong dalam menentukan, mengevaluasikan, dan mem perbaiki teknik-teknik mengajarnya,
5) membantu memberikan informasi tentang kesulitan-kesulitan belajar siswa, yang selanjutnya dapat dijadikan petunjuk untuk memperbaikinya.
Penggunaan data yang diperoleh dari teknik-teknik evaluasi sebenarnya tergantung pada tujuan-tujuan yang akan dicapai/yang dikehendaki. Perencanaan yang matang adalah dasar bagi penggunaan yang bijaksana dari informasi yang diperoleh/dilakukan dengan bermacam-macam alat evaluasi.
Ciri-ciri program evaluasi yang baik, yaitu;
1. Disain/rancangan program evaluasi itu komprehensif
2. Perubahan-perubahan tingkah laku individual harus mendasari penilaian pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Hasil-hasil evaluasi harus disusun dan dikelompokan-dikelompokan sedemikian rupa sehingga memudahkan interpretasi yang berarti.
4. Program evaluasi haruslah kontinyu dan saling berkaitan (interrelated) dengan kurikulum.
Ada dua pandangan yang sangat merugikan efektivitas dan kemurnian fungsi penilaian seperti dimaksud di atas:
1 ) anggapan bahwa untuk melaksanakan penilaian itu tidak perlu adanya persiapan dan latihan yang eksplisit, sehingga sipa saja dapat melakukannya;
2) anggapan penilaian pencapaian belajar siswa atau mahasiswa merupakan kegiatan yang lepas, atau setidak-tidaknya merupakan kegiatan "penutup" aari proses kegiatan belajar-mengajar.
Oleh karena itu, khusus dalam bab ini penulis ingin mengemukakan beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan di dalam. menyusun tes hasil belajar oleh setiap guru, dan schubungan dengan itu pula adanya pemahaman tentang dua pendekatan di dalam menganalisa. dan menginterpretasi hasil tes, yaitu pendekatan norm-referenced evaluation dan criterion-referenced evaluation.

No comments:

Post a Comment